PULAU KIMAAM DI MATA PARA ELIT POLITIK MERAUKE
( Foto Pulau Kimaam)
*** Pulau Yos Sudarso adalah sebuah pulau yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, Indonesia. Pulau ini dipisahkan oleh selat yang sempit dari pulau utama Nugini. Nama pulau ini berasal dari seorang pahlawan Trikora, Yos Sudarso, dan juga dikenal dengan nama Pulau Kolepon, Pulau Dolok, dan Pulau Kimaam. Sewaktu penjajahan Belanda, pulau ini disebut “Pulau Frederik Hendrik”.
Pulau yang bentuknya menyerupai daun ini panjangnya sekitar
165 km dengan luas wilayah 11.600 km². Pulau ini dikelilingi oleh
pantai mangrove. Vegetasi mangrove menyebar hingga ke pedalaman pulau ini dan
sebagaian besar masih berada dalam kondisi alamiahnya. Dengan demikian, bila
terjadi kenaikan muka laut yang sesuai dengan skenario IPCC, mangrove di pulau
ini diperkirakan masih dapat beradaptasi dengan baik sehingga keberadaan pulau
ini tidak akan terganggu secara signifikan. Kemampuan adaptasi dari mangrove
tersebut didukung oleh tingginya suplai muatan sedimen dari daratan Pulau Papua
ke kawasan tersebut.
Pulau Yos Sudarso ini berada di Paparan
Sahul yang stabil. Dalam sejarah geologi, dimasa lalu muka laut pernah turun
hingga sekitar 100 meter lebih rendah dari posisi muka laut sekarang. Dengan
demikian, pulau ini diperkirakan pada saat itu ukurannya lebih besar.
Jejak-jejak alur sungai purba yang berada di bawah laut sekarang dapat terlihat
di perairan dekat pantai di sekitar Cape Valsch.( Wikipedia)
Tentu Pulau ini juga memiliki kekayaan
alam tersendiri yang unik. seperti ada rusa, ada babi, ada saham,ada kasuari,
banyak hutan dan berbagai macam jenis burung juga ada di pulau ini dan berbagai
macam jenis ikan.
Sumber daya inilah yang menjadi kekayaan
alam di Kimaam yang sudah dinikmati oleh Masyarakat Kimaam dari dulu hingga
sekarang. Sarana-sarana yang digunakan menangkap dan mengelolah adalah seperti
berburuh rusa, babi, saham dengan menggunakan busur panah dan maupun anjing
peliharan yang digunakan untuk berburuh;
TIGA DISTRIK DI PULAU KIMAAM DAN JUMALH
PENDUDUK
Yang pertama adalah Distrik kimaam
memiliki 13 desa. Yang kedua Distrik Tabonji memiliki 9 desa dan distrik Waan
memiliki 11 desa
Serta jumlah penduduk di kimaam
menurut badan statistic kabupaten pada tahun tahun 2014.
1. |
DISTRIK KIMAAM |
3.25 laki-laki |
2.964 perempuan |
6.214 total |
2. |
DISTRIK TABONJI |
2.753 laki-laki |
2.732 perempuan |
5.485 total |
3. |
DISTRIK WAAN |
2.535 laki-laki |
2.269 perempuan |
4.804 total |
MATA PENCARIAN MASYARAKAT KIMAAM DAN SDM ANAK-ANAK KIMAAM
Mata pencaharian adalah pekerjaan
yang menjadi pokok penghidupan. Mata pencaharian diartikan pula
sebagai segala aktivitas manusia dalam memberdayakan potensi sumber daya alam.
Pertanian dalam arti luas meliputi bidang pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan dan kehutanan.
Mata pencarian masyarakat Kimaam secara
mayoritas adalah petani kebun dan nelayan. Artinya sumber pendapatan dan
penghidupan rata-rata masyarakat kiamaam adalah dari hasil berkebun dan
menangkap ikan baik di laut maupun rawa-rawa;
Dari mayoritas masyarakat sebagai petani
kebun dan nelayan kita tahu bahwa kebanyakan masyarkat kimaam
merupakan tidak lanjut sekolah baik ke tingkat SD, SMP, SMA dan Kuliah dan
bukan secara keseluhan, artinya ada yang sekolah lulus SD,SMP,SMA dan Kuliah
dan secara data saya tidak bisa buktikan. Tapi sebagai anak asli kimaam memang
realitanya begitu.
PENTING SDM
ANAK KIMAAM UNTUK MENJADI TUAN DI TANAH SENDIRI
Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua,
yaitu pengertian mikro dan makro. Pengertian SDM secara mikro adalah individu
yang bekerja dan menjadi anggota suatu perusahaan atau institusi dan biasa
disebut sebagai pegawai, buruh, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain
sebagainya. Sedangkan pengertian SDM secara makro adalah penduduk suatu negara
yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang belum bekerja maupun
yang sudah bekerja.
Secara garis besar, pengertian Sumber Daya
Manusia adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik
institusi maupun perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan
dikembangkan kemampuannya.
Beberapa bulan lalu saya pernah
berkomentar di status FB Wakil ketua DPRD Merauke, Bapa Domin . bapa wakil buat
status di dinding FBnya bahwa “ Kimaam Siap dimekarkan jadi
kabupaten”. Dan status ini banyak yang komentar dan berdiskusi di dinding
Fb bapa Domin. termasuk saya juga mengomentari itu dan pertanyaan
awal sebagai diskusi, saya bertanya bahwa bapa yang terhormat sebelum kita
diskusi saya ingin tanyakan bahwa aspirasi pemekaran kimaam jadi kabupaten ini
dari siapa?
Dan beliau mengatakan bahwa aspirasi
pemekaran ini sudah lama dan sudah lama ada yg berjuang untuk pemekaran kimaam
jadi kabupaten.
Dan lalu saya komentar bahwa sebelum berbicara
pemekaran kimaam jadi kabupaten, yang paling penting adalah berbicara SDM orang
asli kimaam dan siapkan sumber daya orang asli kimaam. Kenapa saya mengatakan
seperti ini ?
Kita perlu melihat realita kehidupan
kabupaten merauke khususnya di kantor-kantor pemerintahan siapa yang jadi bos?
siapa yang jadi anak buah? siapa yang mendominasi birokrasi dan mendominasi
dalam menduduki kantor-kantor ini?
Yang jelas bukan orang asli Marind yang
mendominasi dalam hal ini. Adanya dominasi non Marind atau bukan orang
asli marind itu artinya kurangnya sumber daya manusia orang asli Marind.
Sehingga terjadi dominasi ini atau saya sebut saja dominasi angkatan kerja
dalam pemerintahan Kabupaten Merauke.
Tentu ini menjadi persoalan utama yang
jangan di pandang sebela mata, tapi mari kita buka mata untuk melihat kanyataan
ini bahwa tenyata betul. Dan kenapa kemudian saya tekan bahwa sumber daya
manusia asli kimaam harus di siapakan secara kapasitas intelektual dan sumber
daya lainnya, sehingga tidak terjadi dominasi kepemipinan dan angkatan kerja
dalam kantor-kantor ketika Kimaam jadi Kabupaten tersendiri.
menurut saya ini masalah serius yang harus
kita perhatikan bersama, teruma mereka atau para elit yang mengaspirasikan
kimaam jadi kabupaten tersendiri. Ketika kapasitas intelektual anak-anak kimaam
banyak itu artinya secara ekonomi kita bisa dan mengelolah kekayaan alam yang
ada di kimaam dan kita bisa nikmati sendiri. Orang tidak tidak lagi jual tanah
terus- menerus karena tidak ada pekerjaan, tidak ada kapasitas keilmuan
untuk kemudian bagaiman berusaha, tidak terjadi marginalisasi peminggiran
orang asli kimaam dari tanah sendiri, tidak terjadi kesenjangan ekonomi
karena tidak tidak tau bagaimana cara berusaha. Saya pikir sumber daya
manusia adalah lebih penting. Ketika sumber daya manusia terpenuhi maka mari
kita mekarkan Kimaam jadi Kabupaten Karena secara kapasitas keilmuan dan
pengalaman kita akan bersasing satu sama lain dan tentu anak-anak kimaam akan
jadi tuan di atas tanahnya sendiri.**
Penting bagi kita semua untuk melihat
kenyataan ini. Kabupaten Merauke merupakan pelajaran bagi kita orang asli
marind terutama orang kimaam. Di merauke tanah – tanah masyarakat marind sudah
mo habis, karena jual kepada teman-teman yang datang dari jawa dan lain-
lainnya. Saya pikir mungkin itu adalah karena penyebab kurangnya kapasitas
intelektual kita, artinya banyak yang belum sekolah bahkan kuliah sehingga kita
tidak bisa pikir yang luas dan tidak bisa maanfatkan tanah itu untuk
usaha-usaha yang produktif.
Akar-Akar Konflik Papua
Menurut riset Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa terdapat 4 sumber konflik:
1.sengketa sejarah dan status politik
papua
2. kekerasan negara dan pelanggaran hak
asasi manusia
3.kegagalan pembangunan
4.diskriminasi dan marginalisasi
Yang perlu saya menjelaskan dua ponint
penting dari empat ponti sumber konflik papua yakni kegagalan pembangunan
dan poin kedua adalah diskriminasi dan marginalisasi.
Pertama, Kegagalan merupakan kurangnya
perhatian pemerintah dalam focus pembangunan daerah-daerah yang membutuhkan
pembangunan dan lebih focus pada satu daerah tertentu dalam hal pembangunan.
sehingga kesenjangan pembanguan inilah mengakibatkan lahirnya marginalisasi dan
peminggiran orang papua dari sumber ekonomi, sumber daya alam, hak-hak social
dan budaya serta marginalisasi karena lambatnya pertumbuhan penduduk papua
dibandingkan non papua.
Menurut saya jika pemerintah sudah
mengetahui persoalan dan akar konflik papua ini, mari perhatikan orang asli
papua, dan mari perhatikan anak-anak kimaam dan marind baik perhatikan
dalam pendidikan, dan juga pembangunan infrastruktur, sarana dan sekolah-
sekolah dan lain sebagainya.
kebetulan salah satu wacana pemekaran
kimaam jadi kabupaten adalah karena kimaam daerah yang cukup isolasi dan daerah
pedalaman sehingga proses distribusi bahan pangan dan lainnya lama dan
membutuhkan biaya operasional yang sangat besar, kata Bapa Wakil DPRD.
Seperti dalam diskusi dinding Fb Wakil
ketua DPRD merauke ini, Bapa Domin dia mengatakan bahwa banyak anak-anak kita
yang tidak sekolah karena sekolah-sekolah lokal di Kampung tidak ada guru dan
fasilitas mengajar sehingga diperlukan pemekaran kimaam menjadi Kabupaten
tersendiri, dan ketika Kimaam jadi Kabupaten tentu fasilitas seperti
infatruktur, sarana sekolah dan sekolah-sekolah akan dibangun dan
anak-anak akan lebih muda untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Dari penyataan ini saya pikir dan
mengindikan bahwa ternyata pemekaran kimaam adalah karena kurangnya
infrastruktur, fasilitas sekolah-sekolah maupun saran pengajar
seperti guru-guru dan Kimaam di anggap sebagai daerah terisolasi serta proses distribusi
pangan, biaya operasional sangat besar?
Saya pikir bahwa sebenarnya ini adalah
tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Merauke dan seluruh stekholder pemerintah.
Kalo memang Kimaam kurang dalam
pembanngunan baik infrastruktrur, sarana dan prasana sekolah serta banyak
anak-anak yang tidak sekolah karena kurangnya fasilitas ini, maka semesti
pemerintah membaca dan segara memetakan daerah-daerah ini dan fakuslah
pembangunan di daerha-daerah ini. sehingga ada penikmatan pendidikan, sarana
dan prasana yang sama seperti di kota. Jika di kampung-kampung kurang faslitias
sekolah dan tenaga pengajar, mari pemerintah bangun gedung-gedung sekolah
seperti SD, SMP, SMA dan bila perlu pemerintah dirikan kampus negeri di kimaam
dengan menyediakan segala fasiltias yang di perlukan SD, SMP, SMA dan
universitas ini.
Bukan kemudian persoalan kurangnya
infrastruktrur, fasilitas, sarana dan prasana menjadi ide utama pemekaran pulau
kimaam ini jadi kabupaten tersendiri. Pemerintah perlu memetakan persoalan ini
secara serius kemudian segera membuat strategi pembangunan yang berkelanjut.
Sehingga kimaam tidak di anggap oleh kaum elit dan masyarakat sebagai daerah
tertinggal, terisolasi dan lain- lain.
Jangan jadikan persoalan kecil-kecil
ini menjadikan isu alat tawar menawar kepada masyarakat untuk memekarkan
kimaam jadi Kabupaten Kimaam tersendiri.
Pada hal sejatinya persolan ini adalah
tanggung jawab pemerintah Kabupaten Merauke untuk kemudian bagaimana membuat
focus kebijakan yang mengatasi persoalan-persoalan ini. kalo belum ada pembangunan
seperti ini berarti pemerintah sendiri diskriminasi masyarakat sendiri.*****
Saran dan pesan untuk
mahasiswa kimaam, jangan diam diri, mari kita sama-sama melihat persoalan ini
untuk kimaam kedepan. Anak kimaam dan Masyarakat Kimaam harus bisa jadi tuan di
negeri sendiri, baik dari segi kapasitas intelektual, ekonomi, social budaya
dan adat.
*Mahasiswa sebagai kaum idealis dan
independen
*Mahasiawa sebagai Agent of change
*Penulis adalah Mahasiswa Kimaam
* idealisme adalah kemewahan yang dimiliki
oleh Mahasiswa
# Penulis
: Paskalis w Yawiwa
0 Response to "PULAU KIMAAM DI MATA PARA ELIT POLITIK MERAUKE"
Post a Comment